Article Details

Photo by Mathew MacQuarrie on Unsplash Photo by Mathew MacQuarrie on Unsplash

Mau Berhenti Merokok?

Finsa Nurpandi

May 24, 2025 20:43

Lagi surfing story instagram, muncul konten tentang seseorang yang lagi struggling buat berhenti merokok. Jadi kepikiran buat berbagi bagaimana saya sendiri berusaha buat berhenti merokok tahun 2010. Ini sedikit ceritanya...

Tahun 2010, saat itu masih kuliah tingkat akhir (iya, tahun terakhir jatah untuk kuliah), aktifitas sudah pasti di kampus dan di kostan. Di kostan sering tidur larut, kadang baru bisa tidur setelah jam 2 atau setelah subuh. Konsumsi begadang cuma rokok dan kopi. Rokok yang saya bakar waktu itu adalah rokok light mentol. Begitu terus kondisinya dalam berbulan-bulan.

Masalah mulai muncul. Salah satu alasan memilih rokok light menthol adalah karena kalau merokok rokok mild, besoknya pasti kena radang tenggorokan. Seringnya begadang, bikin konsumsi rokoknya jadi meningkat. Waktu itu saya bisa habiskan rokok 2 bungkus sehari dimana harga sebungkus rokok Dunhill light menthol waktu itu adalah 14 ribu. Dan kondisi tersebut menjadi tidak bersahabat dengan keuangan. 28 ribu hanya untuk rokok, jelas merugikan buat anak kost yang uang bulanan nya pas-pas an.

Faktor kesehatan menjadi alasan utama untuk mulai berhenti merokok. Dengan kebiasaan konsumsi 2 bungkus perhari, dan hanya bisa merokok mentol, jelas ini tidak mudah. Kena radang tenggorokan seolah menjadi hal yang biasa. Ditambah, perokok itu paling ga bisa kalau setelah makan ga merokok, mulut berasa asem. 

Untuk mulai berhenti, butuh komitmen kuat. Saya berhenti merokok bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri. Waktu itu yang saya lakukan adalah mengurangi konsumsi rokok perhari secara bertahap. Dari 2 bungkus, besok harus 1 bungkus. Besoknya setengah bungkus, besoknya lagi 5 batang, dan besoknya lagi 1 batang perhari. Sempat beberapa hari hanya konsumsi 1 batang perhari, hingga suatu hari dimana memutuskan besoknya harus bener-bener tidak merokok sama sekali. Dan, berhasil.

Setelah sehari tanpa merokok, besoknya saya mencoba merubah mindset. Saya selalu berpikir "jika saya merokok hari ini, berarti perjuangan saya kemaren jadi sia-sia". Dari hanya kemaren, minggu, bulan, dan tahun berlalu tapi pikiran itu tetap saya jalankan. Hingga jika di tahun 2025 ini saya merokok, berarti saya sudah menyia-nyiakan perjuangan saya selama 15 Tahun untuk tidak merokok. Dan itu sangat jelas membutuhkan komitmen yang kuat.

Memang berat untuk mulai berhenti merokok. Untuk mengurangi rasa asam di mulut, setiap selesai makan harus makan permen. Permen yang saya makan adalah Relaxa yang rasa mint. Sampai habis beberapa bungkus, dan itu selalu saya bawa kemana-mana. Efeknya apa? Setelah seminggu berhenti merokok, kulit mulai tidak kusam, dan (JELAS) berat badan meningkat.

Keputusan untuk berhenti merokok merupakan hak bagi setiap orang. Sama halnya hak seseorang untuk mulai merokok. Tulisan ini tidak untuk menghakimi perokok. Tulisan ini hanya berbagi pengalaman tentang keputusan dan cara saya untuk berhenti merokok. Bagi siapapun yang sedang berusaha untuk berhenti, semoga dapat secepatnya lepas dari rokok. Dan, bagi siapapun yang masih merokok, tolong asapnya untuk tidak dibagikan kepada yang lain yang ada disekitarnya. Karena mungkin anda tidak tahu, jika disekitar anda ada orang yang sedang mengalami gangguan pernapasan.

Baik, mungkin cukup yang bisa saya bagikan. Setiap orang pasti bisa menemukan caranya sendiri, untuk itulah anda harus menemukannya. Mudah-mudahan tulisan ini dapet bermanfaat.

Salam.

0 Comment

Leave a Comment